Tantangan Pengembangan Lapangan Minyak AAL Di Perairan Laut Natuna Barat

,
Peta Pengembangan Minya AAL di Perairan Laut Natuna Barat. (FOTO : SKK Migas/Fatkur Gumpalannews.com)

Gumpalannews.com, PALEMBANG- Pengembangan Lapangan Minyak Ande-Ande Lumut (AAL) terus dilakukan untuk meningkatkan kontribusi produksi minya di Indonesia.

Lapangan Minyak AAL termasuk lapangan dengan karakteristik minyak berat yang terletak di perairan Laut Natuna Barat, 20 km dari perbatasan Malaysia dan berjarak sekitar 260 km dari daratan terdekat (Matak, Anambas). 

Terkait hal ini Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Prima Energy Northwest Natuna Pte. Ltd (PENN) telah menyelesaikan pembahasan revisi PoD (Plan of Development) I untuk Lapangan Minyak Ande-Ande Lumut (AAL). 

"Revisi PoD tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Menteri ESDM pada tanggal 5 Maret 2024 lalu,"ungkap Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas, Benny Lubiantara dalam keterangan persnya yang diterima Gumpalannws, Jumat (29/3/2024.

Dia menjelaskan Pengembangan Lapangan Minyak AAL merupakan pengembangan lapangan yang lumayan challenging disamping faktor lokasi yang remote dan di wilayah perbatasan. 

"Sifat minyak pada reservoir tersebut adalah jenis heavy oil serta ada kecenderungan lapisan tersebut memiliki masalah kepasiran (sand problem) yang memerlukan penanganan khusus sehingga biaya operasional yang dibutuhkan relatif tinggi,"ungkap Benny.

Dijelaskab lapangan AAL menjadi salah satu harapan untuk meningkatkan produksi minyak nasional, mengingat kebutuhan minyak terus meningkat. 

"Lapangan AAL juga akan menjadi salah satu tulang punggung dalam upaya mencapai target produksi minyak 1 juta barel,"ujarnya.

Dalan upaya mitigasi risiko,  pelaksanaan proyek dilakukan dalam 2 (dua) tahap. Skenario fasilitas produksi menggunakan CPP (Central Production Platform) dan FSO (Floating, Storage, and Offloading). 

"Konsep ini merupakan perubahan dari konsep sebelumnya yang menggunakan WHP (Well Head Platform) dan FPSO (Floating, Production, Storage, and Offloading),"kata  Dia.

Tahap awal pengembangan AAL dikatakan Benny, akan melibatkan pemasangan jaket platform dan pengeboran 7 (tujuh) sumur produksi horizontal. "Hal ini untuk memproduksi minyak dari kedua lapisan (K dan G sand),"terang Benny.

Sementara itu, CEO Prima Energy Northwest Natuna, Pieters Utomo, menegaskan bahwa PENN akan terus berkomitmen mengembangkan Lapangan Minyak AAL ini hingga mencapai produksi pada akhir tahun 2026 dengan target produksi sebesar 20.000 bopd. 

Tantangan dari Lapangan Minyak AAL ini adalah berupa reservoir yang unconsolidated sand dan heavy oil, sehingga memerlukan pengeboran sumur horizotal yang panjang dan lower completion well yang khusus agar bisa membatasi produksi air dan pasir. 

"Kami yakin bahwa dengan menggunakan teknologi baru yang telah terbukti dari lapangan minyak berat lainnya akan berhasil untuk Lapangan AAL,"ujarnya.

Editor: Redaksi