Seminar Internasional Jalur Rempah, Rekam Jejak Aceh Dalam Jalur Rempah Dunia

Sekda Aceh, Bustami Hamzah, saat memberikan sambutan pada Seminar Internasional Jalur Rempah di Hotel Hermes Palace Banda Aceh, Minggu 5 November 2023. Foto: Humas Disbudpar Aceh

GUMPALANNEWS.COM I Banda Aceh - Memasuki hari kedua pelaksanaan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8, sejumlah rangkaian kegiatan digelar di beberapa lokasi di Banda Aceh. Salah satunya adalah seminar Internasional Jalur Rempah yang dilaksanakan di Hotel Hermes Palace Banda Aceh, Minggu 5 November 2023.

Kegiatan ini dihadiri oleh Pj Gubernur Aceh yang diwakili Sekda Aceh, Bustami Hamzah, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi, dan puluhan undangan lainnya.

Dalam penjelasannya, saat membacakan sambutan Pj Gubernur Aceh, Bustami menyebutkan rempah telah dikenal sejak tempo dulu dan telah memberi andil dalam memperkaya cita rasa kuliner nusantara, obat-obatan, dan berbagai kegunaan lainnya.

"Lewat fungsi dan kegunaannya itu, rempah bukan saja telah membentuk kebudayaan bangsa-bangsa di kepulauan nusantara, namun juga mengisi berbagai lini kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik," jelas Bustami.

Dalam perjalanan sejarah, lanjutnya, rempah telah memberikan dampak besar terhadap peradaban dan kontak budaya antar bangsa di dunia, serta mewarnai lanskap perdagangan dunia atau yang dikenal sebagai jalur rempah.

“Jalur rempah juga mempengaruhi diplomasi, bahkan konflik politik antar bangsa yang kemudian menandai babak penting perjalanan sejarah bangsa Indonesia, yaitu kolonialisme,” kata Marzuki.

Sebagai titik terpenting jalur rempah Nusantara, kata Bustami, Aceh memiliki jejak sejarah yang sangat panjang sebagai daerah penghasil rempah utama, baik dalam lingkup nusantara maupun dunia.

"Pada abad 17-18, Aceh pernah tercatat sebagai daerah penghasil lada terbesar di dunia," terang Sekda Aceh ini.

Diterangkan Bustami, untuk saat ini Aceh dikenal memiliki beberapa komoditas rempah seperti pala, cengkeh, serai wangi, dan juga nilam, yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan minyak atsiri. Bukan hanya itu, komoditas itu juga menyumbang bahan baku kualitas terbaik untuk industri parfum, minyak esensial, dan aroma terapi.

"Aceh patut bangga karena 2 dari 20 titik jalur rempah nusantara berada di Tanah Serambi Mekkah. Sejarah mencatat, Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Aceh Darussalam menjadi sentrum perdagangan aneka rempah, terutama lada yang dikenal luas pada masanya," ungkap Bustami.

“Untuk itu, selaras dengan momentum penyelenggaraan PKA-8 2023, Pemerintah Aceh mengusung tema sentral 'Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia',” tambahnya.

Sekda Aceh berharap, rumusan hasil seminar ini dapat menjadi sumbangan nyata bagi pemulihan serta pengembangan strategi pembangunan ekonomi diplomasi budaya rempah Aceh dan Indonesia di kancah global, di masa-masa yang akan datang.

Forum berskala internasional ini diisi oleh empat narasumber, yakni, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi, Ketua Umum Diaspora Aceh, Mustafa Abubakar,

Kemudian Staf Ahli Mendikbudristek Bidang Hubungan Kelembagaan dan Masyarakat Muhammad Adlin Sila dan Direktur Industri Kreatif Musik, Film dan Animasi pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Muhammad Amin Abdullah.

Editor: Redaksi