Perempuan Diharapkan Jadi Benteng Dari Pengaruh Paham Ideologi Radikal

Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Kolonel (Sus) Drs. Sholahuddin Nasution, M.Si, saat memberikan sambutan dan membuka kegiatan Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif (TOP) "Cerdas Digital, Satukan Bangsa" di Ruang Pengadilan Semu, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 26 Oktober 2023. Foto: Gumpalannews.com

Gumpalannews.com I Banda Aceh - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar Kegiatan Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif (TOP) "Cerdas Digital, Satukan Bangsa" di Ruang Pengadilan Semu, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 26 Oktober 2023. Kegiatan ini dihadiri 110 orang peserta yang seluruhnya adalah perempuan.

Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Kolonel (Sus) Drs. Sholahuddin Nasution, M.Si, dalam sambutannya menyebutkan dampak terorisme tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerusakan pada harta benda, namun juga merusak stabilitas dan ketahanan negara, terutama dalam sisi ekonomi, pertahanan, keamanan, sosial budaya, dan lain sebagainya. 

"Terorisme menjadi ancaman bagi peradaban modern dan merupakan kejahatan terhadap perdamaian dan keamanan umat manusia, tidak memandang suku, ras, agama, agama, dan negara," tegas Sholahuddin.

Dia melanjutkan, radikalisme dan terorisme menjadi salah satu tantangan besar bagi keamanan masyarakat dan kedaulatan bangsa ini. 

"Merujuk dari hasil survei yang dilakukan BNPT tahun 2020 menyatakan faktor yang paling efektif dalam mereduksi potensi radikalisme secara berturut turut adalah diseminasi sosial media, internalisasi kearifan lokal, perilaku kontra radikal dan pola pendidikan keluarga pada anak," terang Sholahuddin.

Perempuan memiliki posisi sangat vital dalam keluarga bahkan dalam masyarakat secara lebih luas. Perempuan memiliki peran strategis dalam membentengi keluarga dan masyarakat dari segala bentuk penyebaran dan ajakan kelompok radikal terorisme. 

"Seorang Ibu bisa menjadi partner dialog anaknya. Sebagai seorang istri, perempuan bisa menjadi partner diskusi suaminya dalam berbagai hal, sebagai contoh dalam pemahaman ajaran agama. Perempuan diharapkan bisa menjadi filter awal atau pendeteksi awal dari setiap kejanggalan yang ditemukan dalam keluarga masing-masing," jelasnya.

Perempuan dalam peran seperti ini, tambah dia, sebenarnya menjadi salah satu benteng dari pengaruh paham dan ideologi radikal yang saat ini juga mulai menyasar pada anak usia dini. 

"Maka diperlukan upaya penanaman nilai kebangsaan, wawasan keagamaan dan kearifan lokal dalam keluarga menjadi sangat efektif sebagai filter dalam menangkal penyebaran radikalisme terorisme," ucap Sholahuddin.

"Oleh karena itu, kami mendorong simpul-simpul organisasi perempuan yang hadir pada kegiatan ini untuk mampu menjadi agen perdamaian, mengorganisir massa dan menumbuhkan kesadaran untuk bersama-sama melawan segala bentuk paham dan propaganda kelompok radikal terorisme setidaknya untuk lingkungan keluarga dan organisasinya masing-masing," tambah Sholahuddin.