Pembangunan Ekonomi Aceh di Mata Achris Sarwani: Peluang, Tantangan dan Hambatan 

,
Kepala Bank Indonesia (BI) perwakilan Aceh, Achris Sarwani dalam sebuah acara silaturahmi di Banda Aceh bersama jurnalis, Senin, 16 Januari 2023. Foto: Dokumentasi BI

Gumpalannews.com I Banda Aceh - Kepala Bank Indonesia (BI) perwakilan Aceh, Achris Sarwani, secara resmi akan mengakhiri masa tugasnya di Aceh pada 24 Januari 2023 mendatang. Sejak dilantik 3 November 2020, praktis ia telah mengabdi selama 2 tahun 3 bulan di bumi berjuluk Serambi Mekah ini.

Selama bertugas di Aceh, bagaimana pandangannya terhadap pembangunan ekonomi di Aceh? Apa-apa saja tantangan yang dihadapi? 

Saat diwawancarai melalui sambungan langsung, Senin malam, 16 Januari 2023, Achris menyebutkan membangun ekonomi di Aceh punya tantangan tersendiri karena mempunyai background sejarah yang berbeda dengan daerah lain. 

Keadaan ini, lanjutnya, membuat karakter masyarakatnya juga berbeda. Achris berkesan proses pembangunan ekonomi di Aceh tidak selancar di tempat lain. 

"Secara personal orang Aceh memiliki kapasitas yang sangat baik," ujar Achris.

Walau demikian, ungkap Achris, dia merasakan ada persoalan yang belum selesai pada aspek penyatuan visi. Ia pun memberikan tamsilan lidi untuk mendeskripsikan pandangannya.

"Lidi itu jika dikumpulkan menjadi satu ikatan akan menjadi sebuah kekuatan yang sulit untuk dipatahkan. Namun kalau lidi itu hanya sendiri tentu akan mudah sekali dipatahkan," jelasnya.

Menurutnya, faktor untuk menyatu ini penting sekali menuju perubahan yang lebih baik. Ia menilai menyatukan seluruh elemen masyarakat Aceh masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

"Saya merasakan ada sesuatu yang agak berbeda. Mungkin di tempat lain ini tidak menjadi masalah, tapi disini masih menjadi persoalan," ungkap Achris.

Apakah ini dapat disebut persoalan dalam bersinergi? Menjawab hal ini, Achris menilai modal orang Aceh dapat dikatakan lebih dari cukup, karena secara individu masyarakat Aceh memiliki kapasitas dan sumberdaya yang bagus. 

"Tapi pada saat kita bersepakat menuju ke suatu titik untuk kita bersama-sama, untuk kita tumbuh, naik kelas, dan berubah ke arah yang lebih baik. Nah, untuk menyepakati titik itu saja tidak mudah, apalagi sampai action," kata Achris.

Yang kedua, ia berpandangan masyarakat Aceh masih kurang 'open mind' dalam membangun pandangan dan opsi yang lebih luas.

"Kalau disana bisa, kenapa disini tidak bisa," tukas dia.

Berbicara potensi, lanjutnya, secara natural Aceh memiliki modal yang lebih dari cukup, baik dari aspek kapasitas manusia, pembiayaan pembangunan, maupun sumber daya alam.

"Seharusnya itu semua sudah cukup membuat Aceh memiliki nilai lebih. Itu luar biasa," tutur Achris.

Dia berkeyakinan dengan modal yang sedemikian besar, Aceh memiliki potensi menjadi sebuah daerah yang besar dan maju.

"Semua yang ada disini dikumpulkan, siapapun yang memiliki keinginan membangun Aceh dikumpulkan dan menyepakati ini grand design yang mau kita tuju, ini tahapan dan road map nya. Saya yakin pasti cepat karena potensinya ada, tinggal dimaksimalkan saja," terang dia.

"Kalau orang nyanyi itu, dirigen nya yang belum kelihatan. Harmoninya ada dan indah di dengar. Lagunya disepakati dan dinyanyikan secara bersama-sama," tambahnya.

Bagi Achris, Aceh sudah menjadi bagian dari denyut nadi yang dimilikinya. Untuk itu, ia akan tetap terus memberi atensi demi Aceh yang lebih baik meskipun dia telah bertugas di tempat lain.

"Hal ini tak bisa saya pungkiri. Saya akan tetap terus terhubung dengan masyarakat Aceh. Mungkin di tempat yang baru nanti, ada peluang dan kerjasama yang dapat dilakukan, akan saya lakukan," tegas Achris.