Gumpalannews.com, BANDA ACEH- Malam Pembukaan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 yang dilaksanakan di Taman Sulthanah Safiatuddin, Kota Banda Aceh, sabtu malam sukses digelar dan memukau ratusan ribu pengunjung.
Selain dihadiri Wali Nanggroe Paduka Yang Mulia Malik Mahmud Al-Haytar, unsur Forkopimda Aceh, para Kepala Daerah 23 Kabupaten/Kota di Aceh, pembukaan PKA kali ini juga terbilang spesial, pasalnya turut dihadiri tamu dari mancanegara seperti India dan Malaysia.
Penjabat Gubernur Aceh, Achmad Marzuki, dalam sambutannya mengatakan Panitia PKA melibatkan 4.829 Seniman dan Budayawan. 117 peserta pameran.
Kemudian melibatkan 23 Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). 23 SMK, 72 Pengrajin dan pedagang produk tradisional Aceh. 1.109 tenaga kreatif, 23 balai pelestarian kebudayaan se-Indonesia.
Selain itu, Penjabat Gubernur Aceh, Achmad Marzuki mengatakan, Aceh kembali mencatatkan posisinya sebagai Destinasi Pariwisata ramah Muslim pada ajang Indonesia Muslim Travel Index Award 2023 peringkat kedua setelah Nusantara Tenggara Barat.
"Harapan kita PKA ke- 8 akan meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara negara ke Aceh. Selain keindahan alam, kebudayaan Aceh pun tidak kalah dinikmati dan diapresiasi," Ujar Pj. Gubernur Aceh, Achmad Marzuki. Sabtu malam, (04/11/2023).
Pj. Gubernur juga turut menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi menjadikan PKA ke-8.
"Mari kita jadikan PKA ke-8 sebagai momentum bersatu membangun Aceh, dan memajukan tamadun islam demi terwujudnya Aceh yang lebih maju,"kata Achmad Marzuki.
Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 dengan tema “Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia”.
Pembukaan PKA-8 ditandai dengan penumbukan rempah di leusoeng kayee oleh Deputi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi.
Kemudian diawali dengan penampilan seni rapai pase serta parade marching band Gita Handayani. Dilanjutkan dengan penyerahan piala bergilir dari pemenang PKA-7 yaitu Kabupaten Aceh Selatan, yang diserahkan langsung oleh Pj Bupati Cut Syazalisma kepada Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki.
Pj Gubernur mengatakan, PKA merupakan panggung yang menampilkan dinamika perpolitikan, sosial, budaya, dan pemerintahan Aceh yang terekam sejak pelaksanaan perdana tahun 1958.
PKA jelas Marzuki, merupakan buah pemikiran dan perjuangan orang-orang tua dulu yang memberikan teladan dalam merajut, merawat, dan menjaga perdamaian melalui pelestarian serta pemajuan kebudayaan, khususnya peradaban atau tamadun islami di Bumi Serambi Mekkah.
"Sejak 1958 PKA menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pemerintah dalam melindungi, membina, mengembangkan, dan memanfaatkan sisi baik kebudayaan. Maka seiring 65 tahun perjalanan panjang PKA, Pemerintah Aceh memilih tema Jalur Rempah Aceh pada PKA 8 ini, dengan tagline Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia," kata Marzuki.
Tema tersebut dipilih dengan mempertimbangkan maksud dan tujuan PKA, relevansinya dengan isu terkini secara global serta terkoneksi dengan visi misi pembangunan daerah dan nasional. Dia menyebutkan jalur rempah merupakan jalur perniagaan populer yang mengangkut rempah sebagai komoditas utama ke seluruh dunia.
"Aceh patut bangga karena 2 dari 20 titik jalur rempah Nusantara berada di Aceh. Sejarah mencatat, Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Aceh Darussalam menjadi sentrum perdagangan aneka rempah, terutama lada yang dikenal luas pada masanya," ujarnya.
Deputi Deputi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi saat menyampaikan sambutan, tema yang diangkat dalam PKA-8 mengingatkan Aceh adalah salah satu pintu gerbang jalur rempah nusantara.
Rempah di Aceh mengalami puncak kejayaan pada abad ke 16-18 saat Aceh menjadi penghasil rempah terbaik di dunia.
"Kami dari pemerintah pusat tentu sangat mengapresiasi tema ini dan tentu besok dilanjutkan dengan seminar. Semoga dengan tema rempah ini akan membawa kembali kejayaan Aceh terhadap industri rempah yang mana harapannya dengan rempah ini akan mensejahterakan memakmurkan masyarakat Aceh," kata Didik.
Sementara Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia Malik Mahmud Al- Haytar, mengapresiasi perencanaan dan pelaksanaan PKA tahun ini. Kegiatan ini kata dia, digelar dengan tujuan untuk melestarikan nilai-nilai kebudayaan, sejarah, dan adat istiadat Aceh.
"Tentunya kita berterima kasih kepada para inisiator awal di tahun 1958, dan semua pihak yang terlibat, sehingga di tahun 2023 PKA kembali dapat dilaksanakan. Menjadi harapan kita semua, penyelenggaraan PKA tahun ini tentunya harus lebih berkualitas dari pelaksanaan kegiatan yang sama di masa-masa sebelumnya," jelas Malik.
Dia berharap event tersebut juga menjadi pekan edukasi bagi masyarakat Aceh, khususnya untuk kalangan generasi muda. Malik menyarankan segala hal yang ditampilkan pada PKA harus tetap terfokus pada tiga hal yakni kebudayaan, sejarah, dan adat istiadat Aceh.
"Meskipun tidak dapat kita pungkiri, di era sekarang ini telah muncul beragam inovasi yang memengaruhi segala aspek kehidupan, termasuk dalam bidang kebudayaan dan adat istiadat. Sehingga, misalnya telah muncul banyak kesenian-kreasi baru, perpaduan antara kesenian khas Aceh, dan kesenian kekinian hal itu lumrah terjadi dalam perkembangan peradaban sebuah bangsa," ujarnya.
Sebagai informasi, PKA-8 akan digelar selama sembilan hari, mulai 4-12 November 2023 dan diikuti 23 kabupaten/kota se-Aceh.
Komentar