Gumpalannews.com, BANYUASIN - Tingginya penggunaan media sosial diera digital memudahkan kita momotret persoalan daerah termasuk masalah dinamika politik jelang pemilu dan pilkada serentak 2024. Perkembangan pengguna media sosial juga saat ini sudah merambah sampai tingkat pedesaan tidak terkecuali di Banyuasin.
Untuk melihat dinamika politik ini, Penggiat media sosial dan Pemerhati Politik Sumatera Selatan Fatkurohman memotret dinamika politik jelang pemilu dan pilkada Banyuasin 2024 akan datang.
Melalui BungFK DIGITALAnalysis Research Centre (PDRC) menggelar jajak pendapat ke-2 nya terhadap pengguna media sosial aktif masyarakat umum yang sudah tervalidasi di 6 daerah pemilihan (dapil) di Kabupaten Banyuasin.
Jajak pendapat ini menggunakan 210 sample pengguna akun media sosial yang sudah tervalidasi di 6 dapil secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk dan tersebar di seluruh kecamatan didapil tersebut. Lebih dari 60 persen sample pengguna akun Facebook, 30 persen pengguna akun Instagram dan selebihnya WhatsApp.
Waktu jajak pendapat selama 3 Minggu, dari Bulan Desember 2022 sampai dengan Minggu pertama Bulan Januari 2023 terbagi dalam 2 fase. Fase pertama, 2 Minggu akhir tahun 2022 sebagai fase validasi akun media sosial di 6 dapil dan fase kedua awal tahun 2023 fase penyebaran formulir sample melalui media google form yang di kirim melalui chat FB, IG ataupun WA.
"Tokoh yang kita potret berdasarkan perkembangan opini publik di media massa,"ujar dia.
Berdasarkan jajak pendapat ini terdapat temuan menarik, tiga tokoh baru masuk jajaran 5 besar yang akan dipilih responden (sample) jika maju pilkada. Tiga tokoh baru ini yakni Noor Ishmatuddin, dr Sri Fitriyani dan Sukardi. Noor Ishmatuddin diangka 8,6 persen, dr Fitri 11,9 persen, Sukardi 5,7 persen. Sementara tokoh urutan 5 keatas ada Irian Setiawan, Nadia Basyir, Agus Saputra, Yaser, Arkoni dan lainnya.
Petahana Bupati Banyuasin Askolani diurutan teratas 25,2 persen dan kemudian Pakde Slamet Wakil Bupati Banyuasin diangka 19 persen dengan selisih keduanya hanya 6 persen. Jika dibandingkan dengan jajak pendapat pertama perbedaan elektabilitas terus menipis karena saat jajak pendapat pertama selisih keduanya masih diatas 10 persen.
"Temuan menarik adalah basis petahana baik Askolani maupun Pakde Slamet mayoritas datang dari wilayah perairan Banyuasin. Justru basis daratan respon publik lebih mengarah kepada tokoh-tokoh baru yang dipotret seperti Noor Ishmatuddin, dr Fitri ataupun Irian Setiawan,"ungkap Bung FK sapaan akrabnya.
Menurutnya, Jika tokoh baru maju di Pilkada nanti akan menarik. Mereka adalah pimpinan DPRD Banyuasin dan tokoh perempuan Banyuasin. Apalagi jika petahana Askolani dan Pakde Slamet kelak tidak berpasangan lagi akan sangat dinamis politik Banyuasin
"Tokoh-tokoh baru seperti Noor Ishmatuddin, dr Fitri dan Irian Setiawan bisa menjadi penentu ataupun bisa menjadi poros baru antar tokoh baru,"terang Pria kelahiran Muara Sugihan Banyuasin ini.
Tingkat keterkenalan dari pengguna media sosial di 6 dapil ini terhadap petahana sudah sangat tinggi. Askolani diatas 90 persen sementara Slamet diatas 80 persen. Tokoh-tokoh baru yang kita potret masih di bawah 60 persen atau masih belum maksimal tingkat keterkenalannya.
Pergeseran Basis Petahana
Pergeseran basis petahana Bupati Askolani ke perairan dan berbagi dengan sang wakil Pakde Slamet tidak lepas dari faktor program infrastruktur yang sedang getol-getolnya terutama jalan poros.
Sementara catatan kritis opini publik terhadap petahana justru datang dari basis masyarakat Banyuasin daratan.
"Kedepan saya melihat dinamika politik wilayah daratan akan menjadi penentu politik Banyuasin artinya tokoh mewakili Willayah Banyuasin daratan akan jadi seksi. Sementara wilayah perairan secara umum sudah tergambar kepada tokoh-tokoh petahana Askolani dan Slamet.
"Jadi kombinasi tokoh daratan dan perairan tetap menjadi pasangan yang disukai oleh pemilih Banyuasin. Dengan catatan ini wilayah daratan jadi kunci kemenangan kandidat petahana jika mereka berbeda arah pilihan politik pada 2024 yakni sama - sama maju sebagai kandidat,"ujar Alumni FISIP Unsri ini.
Dengan analisis ini, pasangan Askolani - Slamet masih jadi yang terkuat nantinya. Namun jika berbeda jalur pilihan politik akan menarik dan dinamis. Jika mengacu pada jajak pendampat ini bisa saja terbentuk gambaran simulasi seperti Askolani - Irian, Slamet - Fitri, Askolani - Noor Ishmatuddin, Slamet - Noor Ishmatuddin ataupun terbentuk poros baru sebagai contoh dr Fitri - Noor Ishmatuddin, Noor Ishmatuddin - Irian atau Noor Ishmatuddin - dr Fitri ataupun tokoh-tokoh lain diluar nama tersebut.
"Lagi-lagi ini hanya gambaran awal dinamika politik Banyuasin berdasarkan digital analysis jajak pendapat terhadap pengguna media sosial aktif di 6 dapil Banyuasin,"tegas dia.
Dia juga menambahkan permasalahan yang menjadi perhatian masyarakat Banyuasin tertinggi masih seputar kerusakan jalan diangka 22,7 persen. Kemudian murahnya harga beras diangka 16,1 persen, Pupuk Mahal 15,2 persen, Sarana air bersih 13,7 persen, pengangguran 10,9 persen serta berbagai persoalan lainnya.
"Walupun pemerintah getol membangun jalan poros, kerusakan jalan masih menjadi permasalahan utama yang harapannya untuk diatasi karena memang wilayah perairan Banyuasin ini sangat luas,"ujar Pria yang juga Direktur Wilyah Sumsel Public Trust Institute ini.
Sementar itu,
Sedangkan Elektabilitas Parpol top 5 di Banyuasin yang dipotret melalui jajak pendapat ini tertinggi masih PDIP di angka 17,1 persen disusul Golkar dan Gerindra 15,7 persen kemudian PKB diangka 8,6 persen dan Nasdem 7,1 persen.
Jajak pendapat ini sebagai pengetahuan baru dalam memotret dinamika masyarakat dengan semakin tingginya pengguna akun media sosial. Metode yang digunakan tetap menggunakan pendekatan metode survei, hanya saja sample yang berbeda.
"Jika survei sample langsung langsung masyarakat pemilih, jika jajak pendapat ini samplenya adalah akun media sosial yang tervalidasi,"ujar Penggagas BungFK DIGITALAnalysis Research Centre (PDRC) ini.
Komentar