Gumpalannews.com I Banda Aceh - Dirjen Migas Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Prof. Tutuka Ariadi, mengunjungi lokasi eks sumur minyak tradisional yang telah ditutup di Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, kemarin, Rabu, 18 Januari 2023.
Secara umum, kunjungan ini dilaksanakan dalam rangka melihat pencapaian kinerja migas Aceh dalam mempertahankan produksi nasional dari area kewenangan Aceh.
Deputi Dukungan Bisnis Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) Afrul Wahyuni yang turut serta dalam kunjungan itu menyebutkan pihak Dirjen Migas Kementrian ESDM RI tidak akan menambah ataupun menarik keuntungan dari keberadaan sumur minyak masyarakat.
Walau demikian, Dirjen Migas tak menampik keadaan tersebut telah memberi nilai positif bagi peningkatan ekonomi rakyat, dan disisi lain, juga harus dipikirkan terkait keselamatan masyarakat dan lingkungan
"Hal ini menjadi konsen negara. Untuk saat ini memang sudah ada draf Permen untuk mengakomodir itu dengan mengutamakan manusia dan lingkungan. Saat ini sedang proses finalisasi di tingkat pusat," terang Afrul melalui sambungan langsung, Kamis, 19 Januari 2023
Mengingat Aceh memiliki kekhususan, Dirjen Migas menyampaikan kepada BPMA untuk membuat sebuah aturan yang dapat melindungi masyarakat dari sisi keselamatan lingkungannya.
"Bisa saja dengan mengadopsi Permen yang sedang digodok itu dengan tetap memperhatikan kearifan lokal serta keselamatan lingkungan," ujar Afrul.
"Negara gak mau bilang 'kita tidak mau menambah produksi dari sumur masyarakat'. Bukan begitu konsepnya negara. Konsep negara mengutamakan keselamatan dan lingkungan. Artinya masyarakat masih tetap bekerja, tapi tetap memperhatikan aspek keselamatan dan lingkungannya. Regulasi ini lah yang sedang digodok di pusat," tambah dia.
Saat ini, kata Afrul, pihaknya sedang mempertahankan produksi dengan potensi yang sudah lama ada di Aceh.
"Kemarin pak Dirjen sudah meninjau Blok B, untuk mempertahankan, meningkatkan dan mencari cadangan baru. Beliau juga melihat perkembangan Medco seperti apa, kemudian juga beberapa isu yang terkait dengan operasi produksi di lapangan Migas yang ada di Aceh," jelasnya.
Afrul juga menyampaikan harapan Dirjen Migas agar seluruh stakeholder terkait yang ada di Aceh untuk saling berkoordinasi dan menyesuaikan dengan program pemerintah dalam mendukung target pemerintah dalam menghasilkan 1 juta barel/hari secara nasional pada tahun 2030.
"Itu kan harus disupport dengan pencarian cadangan baru, pengeboran produksi, dan kegiatan eksploitasi. Inilah yang sedang diupayakan," kata Afrul.
Komentar