Kasus Sodomi di Aceh Besar, Ini Kata PsikologĀ
Gumpalannews.com l Banda Aceh - Kasus sodomi yang diduga dilakukan oleh seorang wali kelas terhadap lima santri di sebuah pesantren di Aceh Besar membuat publik kembali terhenyak. Bagaimana bisa, seorang guru yang seharusnya menjadi pengayom bagi anak didiknya justru menjadi momok yang menakutkan.
"Pelaku salah satu wali kelas di dayah tersebut. Korbannya berjumlah lima orang," kata Dirreskrimum Polda Aceh Kombes Ade Harianto kepada wartawan, Kamis (19/1/2023), seperti yang dinukil dari detik.com
Mengomentari hal tersebut, Psikolog Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Provinsi Aceh, Endang Setianingsih, menyebutkan seorang pelaku sodomi berkemungkinan besar pernah mengalami hal yang sama di masa lalunya. Kejadian tersebut juga terjadi karena pelaku memiliki relasi kekuasaan sehingga ia menjadi lebih leluasa dalam menjalankan aksinya.
"Yang terjadi hari ini bukan hanya di Aceh Besar, di Pidie Jaya juga demikian, dengan berkedok ahli agama, tengku, atau ustad, sehingga membuat pelaku lebih leluasa. Untuk kondisi seperti ini pemerintah seharusnya sudah harus jeli dan menjadi suatu catatan apa yang terjadi di Aceh. Patut bagi pemerintah untuk mengambil tindakan bagi dayah-dayah yang bermasalah," terang Endang saat dimintai tanggapannya terkait kasus tersebut melalui sambungan langsung, Kamis, 19 Januari 2023.
Endang juga menegaskan korban harus segera mendapat pemulihan psikologi agar tidak menjadi pelaku di masa depan. Terkesan memang tidak ada permasalahan, tapi, sambung dia, seiring waktu yang berjalan akan ada kendala dalam proses tumbuh kembang korban.
"Saya khawatir kondisi ini rentan dan punya potensi untuk bunuh diri serta menjadi pelaku di masa datang. Kondisi ini harus segera diatasi pemerintah dan masyarakat," tegas Endang bernada cemas.
Endang menyadari bahwa kasus ini merupakan perilaku oknum dan tidak bermaksud menjelek-jelekkan Dayah sebagai sebuah institusi pendidikan berbasis agama. Ia pun berharap agar ulama turun tangan segera untuk kondisi hari ini.
"Keadaan ini menggiring stigma masyarakat untuk melihat 'owh ini tengku, ini orang yang sudah memberi ilmu buat anak kita, dia harus kita jaga dan kita lindungi'. Statement seperti ini yang paling berbahaya. Kita harus jeli melihatnya, bahwa dia itu orang yang coba menggunakan kedok agama untuk memuluskan perbuatannya," tutur Endang.
Dalam kesempatan itu, Endang juga meminta agar pemerintah memberi atensi dengan menertibkan dayah-dayah yang memiliki permasalahan seperti ini.
"Saya khawatir hari ini kondisinya bukan hanya terjadi di Aceh Besar, tapi dimana-mana beberapa Dayah juga ada demikian, Aceh Utara, Pidie Jaya, Lhokseumawe. Berarti kan ada sesuatu ini," kata Endang.
Dia mengaku prihatin dengan kejadian tersebut. Untuk itu dia mengajak semua pihak untuk membangun generasi Aceh yang berkualitas sehingga dapat diandalkan sebagai pemimpin Aceh di masa men
"Mari sama-sama kita bangun dan berjuang untuk kondisi mental anak-anak bangsa berkualitas," imbuh Endang.