Gumpalannews.com, ACEH BARAT DAYA - Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBK) Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Provinsi Aceh menyarankan agar warga bisa menghubungi Bomba Malaysia jika terjadi peristiwa kebakaran.
Hal tersebut disampaikan Kepala Pelaksana (Kalak) BPBK Abdya Armayadi, ST dalam postingan akun facebook miliknya pada (27/3) lalu. Postingan itu pun menuai dukungan dan juga menjadi kontroversi di masyarakat kabupaten berjuluk 'bumoe breuh sigupai'.
Pasalnya, secara tidak langsung, postingan terkait musibah kebakaran itu dinilai warga telah merendahkan dan menyudutkan pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Abdya, serta telah melukai hati korban yang terdampak musibah kebakaran.
"Supaya tidak menjadi fitnah berkepanjangan. Dan kita tidak makin banyak dosa. Maka biar saya jelaskan melalui FB ini," tulis Armayadi, dikutip Gumpalannews, Jum'at (31/3/2023).
Dalam postingannya, Kalak BPBK Abdya menjelaskan sebanyak sembilan poin terkait keluhan penanggulangan kejadian bencana di kabupaten bertuan tanah Teungku Peukan itu.
"Pakaian petugas saya sudah lebih 5 tahun tidak diganti. Jadi mereka tidak begitu kencang lari. Takutnya robek nanti jadi malu," kata Armayadi.
Ia juga mengatakan, peralatan yang selama ini digunakan petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) sudah berusia di atas 10 tahun sehingga banyak yang rusak. Dan jika dibeli harganya juga mahal.
"Tangki dan nozle itu mahal sekali harganya. Umur di atas 10 tahun tentu banyak yang rusak parah dan bocor tapi diakali petugas supaya tetap fungsi," ungkapnya.
Sebagai daerah merah bencana, kata Armayadi, Kabupaten Abdya belum memikirkan standar minimumnya. Tapi tuntutannya lebih dari kemampuannya. Banjir dan kebakaran hanya berselang 2 hari saja.
"Kalau masih kurang puas juga, jika kejadian lagi silahkan hubungi Bomba Malaysia. Mereka lebih handal katanya," demikian tulis Kalak BPBK Abdya.
Menyikapi status Facebook Armayadi tersebut, salah seorang warga Abdya dan juga korban kebakaran yang terjadi pada Minggu (26/3/2023), Rinaldi Bayur Saputra menilai statement seorang pimpinan SKPK dengan memposting status dengan bahasa seperti itu, terkesan seperti ada pihak yang memfitnah kinerja BPBK.
"Pertanyaan saya siapa yang memfitnah? Kami tidak pernah menfitnah BPBK. Statmen ini justru melukai hati kami selaku korban musibah kebakaran. Semestinya seorang kepala SKPK tidak melontarkan bahasa seperti ini dalam ruang publik," ungkap Rinaldi.
Rinaldi menyebut, statmen yang diungkapkan Kalak BPBK Abdya Armayadi itu justru terkesan 'meu nyet-nyet' (mengolok) pemerintah dan menyalahkan pemerintah dibawah kepemimpinan Pj Bupati Darmansah.
Terkait masalah peralatan pendukung penanganan bencana di BPBK yang sudah berusia 10 tahun, menurut Rinaldi hal itu semestinya tanggung jawab pimpinan SKPK agar berinisiatif mengusulkan ke pemerintah untuk memperbaiki atau mengganti peralatan tersebut, bukan malah mengumbar ke publik kelemahan mereka dan menyudutkan pemerintah daerah.
"Saya selaku salah satu korban kebakaran, tidak pernah menyalahkan BPBK, rumah dan isi rumah saya habis terbakar. Akan tetapi, status seperti ini jelas telah merendahkan pemerintah daerah seakan tidak peduli terhadap instansi BPBK," tegasnya.
Yang tambah kesal lagi, tambah Rinaldi, seorang kepala Dinas mengeluarkan kata-kata yang tidak mencerminkan seorang pejabat publik yakni dengan mengeluarkan bahasa "Kalau masih kurang puas juga, jika kejadian lagi silahkan hubungi Bomba Malaysia. Mereka lebih handal katanya."
"Ia (Kalak BPBK) mengatakan jika kurang puas, hubungi Bomba Malaysia. Ini Maksudnya apa? Ini adalah kata-kata yang arogan dari seorang kepala dinas. Saya merasa tersinggung dan melukai hati kami selaku korban kebakaran," tuturnya kesal.
Karena itu, sebagai masyarakat yang awam dan juga salah satu korban yang terdampak musibah kebakaran tersebut, Rinaldi minta Pj Bupati Abdya H Darmansah untuk memanggil Armayadi dan mengevaluasi jabatannya sebagai kalak BPBK Abdya. (*)
Komentar