Hati-Hati, Pekerja Kantoran Lebih Beresiko Penyakit Jantung
Mahasiswi UPER, Ni Putu Mia Tarani, saat mempresentasikan penelitiannya di Konferensi InaHEA, 2021. Foto by Gumpalannews.com

Gumpalannews.com, Jakarta,- Penyakit jantung dan Tuberkulosis (TB) merupakan dua penyakit yang memiliki tingkat kematian tertinggi di dunia. Riset yang dilakukan American Heart Organization menunjukkan bahwa di tahun 2020, penyakit jantung menyebabkan 19,1 juta kematian. Sedangkan menurut WHO, penyakit TB berada di urutan ke-13 penyebab kematian tertinggi di dunia, dan merupakan peringkat ke-2 penyakit infeksi menular yang paling berbahaya setelah Covid-19.

Penelitian Ni Putu Mia Tarani, mahasiswa Program Studi Ekonomi Universitas Pertamina, mengungkap hubungan faktor sosial ekonomi dengan  probabilitas penyakit jantung dan TB.

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko gangguan kesehatan penyakit jantung dan TB direpresentasikan oleh faktor sosial ekonomi individu, seperti tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Penelitian ini juga membandingkan faktor kesehatan individu berdasarkan usia, tekanan darah, jumlah konsumsi rokok, dan status gizi individu,” kata Mia dalam wawancara daring bersama gumpalannews.com. Senin (03/10/2022).

Penelitiannya menemukan pekerja di sektor formal seperti pekerja kantoran, memiliki risiko terjangkit penyakit jantung lebih tinggi sebesar 0,31 persen dibanding orang yang bekerja pada sektor non-formal. Pasalnya, para pekerja di sektor formal memiliki tuntutan pekerjaan dan tingkat stress yang lebih tinggi. Padahal tingkat stress cenderung memiliki hubungan langsung dengan penyakit jantung.

Berbeda dengan penyakit TB yang salah satunya disebabkan oleh faktor ekonomi, faktor penyebab penyakit jantung ternyata dipicu oleh faktor sosial. Tingkat pendidikan misalnya. Menurut penelitian Mia, individu dengan tingkat pendidikan SMA dan perguruan tinggi memiliki probabilitas terserang penyakit jantung akibat kurangnya penerapan pola hidup sehat.

Sejalan dengan hasil penelitian, data dari Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2014 mencatat, umumnya yang terkena penyakit jantung berusia di atas 15 tahun. Pengaruh lainnya seperti gaya hidup, pola tidur, dan pola makan, menjadi faktor pemicu penyakit jantung.

“Kesadaran masyarakat terhadap penyakit menular dan tidak menular masih tergolong rendah. Upaya yang saya lakukan salah satunya dengan menyusun dan mempublikasikan penelitian, serta memberikan edukasi kepada lingkungan terdekat,” jelas Mia.

Berkat bimbingan dari dosen sekaligus pakar ekonomi kesehatan, Achmad Kautsar, M.Si., Mia berhasil mempresentasikan hasil penelitiannya di konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Indonesian Health Economics Association (InaHEA), pada bulan September tahun 2021.

Tidak sampai disitu, berkat kegigihannya, penelitian Mia berhasil dipublikasikan di Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia dengan judul “Probabilitas Risiko Terkena Penyakit Jantung dan TB Berdasarkan Faktor Sosio-Ekonomi dan Demografi”, beberapa waktu lalu.

Data penelitian ini, menurut Mia, diambil dari Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI) yang mewakili 83 persen populasi Indonesia. “Data dari SAKERTI ini bersifat longitudinal dan data yang saya gunakan adalah data survey terbaru SAKERTI di tahun 2014/2015,” jelas Mia.


Iklan PT. Harta Samudra

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...

Berita Terkini