Dokter Gigi Cantik Ini Bilang Jangan Sepelekan Gigi Berlubang, Bisa Berakibat Fatal

,
Dokter Gigi Catherine Ambarini dan juga seorang Presenter Berita di Sumsel. Foto : Dok Pribadi for Gumpalannews.com

Gumpalannews.com, PALEMBANG- Jangan sepelekan gigi  berlubang karena bisa berakibat fatal diantaranya Ludwig’s angina. Hal ini diungkapkan Dokter Gigi drg Catherine Ambarini saat dibincangi secara santai bersama Gumpalannews.com. Rabu, (8/3/2023).

Menurutnya sejak terjadi Pandemi COVID 19 yang terjadi selama 2 tahun terakhir membuat masyarakat membatasi segala aktivitas, termasuk perawatan gigi dan mulut. Selama masa pandemi COVID 19 perawatan gigi dengan tingkat aerosol tinggi dibatasi, salah satunya adalah penambalan gigi berlubang. 

"Gigi berlubang atau karies gigi merupakan permasalahan gigi yang sering dialami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Karies gigi adalah penyakit kronis pada gigi yang diakibatkan karena demineralisasi jaringan keras gigi akibat aktivitas bakteri kariogenik Streptococcus mutans,"ungkap Preseter RCTI Sumsel ini.

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 oleh Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 57,6%. Karies gigi yang tidak segera dilakukan perawatan sejak awal menyebabkan lubang gigi menjadi semakin besar dan menyebabkan infeksi hingga jaringan saraf gigi. 

"Namun, selama pandemi covid 19 hanya perawatan pada kasus emergency saja yang boleh dilakukan. Salah satu kasus emergency dalam kedokteran gigi adalah Ludwig’s angina,"terang Alumni Universitas Sriwijaya ini.

Mengenal Infeksi Ludwig’s Angina

Dijelaskan Dokter Gigi muda ini, Ludwig’s Angina merupakan salah satu infeksi yang disebabkan oleh infeksi odontogenik, umumnya gigi molar kedua dan ketiga rahang bawah. Infeksi odontogenik merupakan penyebab utama terjadinya Ludwig’s angina atau sekitar 90%. 

"Infeksi odontogenik ini pada mulanya disebabkan karena gigi berlubang yang tidak segera dilakukan perawatan, sehingga lubang semakin besar dan mengenai saraf gigi serta jaringan sekitarnya,"ujarnya.

Catherine menjelaskan keparahan dari infeksi odontogenik dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti virulensi bakteri, status sistemik pasien dan area anatomis yang terlibat. Selain dari infeksi odontogenik, Ludwig’s angina juga dapat disebabkan oleh penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi ketika melakukan anestesi lokal, luka akibat trauma pada area orofacial seperti fraktur rahang, luka tusuk yang dalam pada area sekitar rahang, sialadenitis, dan osteomielitis. 

"Beberapa kelompok bakteri yang menjadi penyebab Ludwig’s angina diantaranya kelompok bakteri Staphylococcus dan Streptococcus,"ungkap dia.

Dalam literasi kedokteran gigi, Ludwig’s Angina pertama kali dijelaskan oleh Wilhem Friedreich Von Ludwig pada tahun 1836, dan isitilah ”Ludwig’s angina” diciptakan oleh Camerer pada tahun 1837. Angina berasal dari bahasa latin “angere” yang berarti sesak nafas atau tersedak. 

"Tanda klinis dari pasien yang mengalami Ludwig’s angina yaitu demam, anoreksia, menggigil dan malaise. Terjadi pembengkakan yang keras seperti papan pada area dagu yang meluas ke area rahang bawah, leher dan pipi, otot sekitar rahang menjadi kaku sehingga sulit membuka mulut dan menelan,"terang dia.

Selain itu, dikatakannya sepertiga tengah lidah terangkat ke langit-langit, bagian depan lidah menjulur keluar dan bagian belakang lidah menekan epiglotis yang menyebabkan lobtruksi/gangguan jalan nafas. 

"Ludwig’s angina jika tidak segera ditindaklajuti dalam waktu 12 sampai 24 jam dapat menyebabkan kematian fatal karena asfiksia,"ungkap Catherine.

Dia juga menambahkan, penatalaksanaan Ludwig’s angina dilakukan berdasarkan kombinasi faktor-faktor seperti diagnosis dini, pemeliharaan jalan nafas, terapi antibiotik, pencabutan gigi yang menjadi faktor penyebab infeksi, drainase bedah atau dekompresi ruang fasia.

Pengobatan Ludwig's Angina

Untuk penatalaksaan hambatan jalan nafas dapat dilakukan dengan intubasi nasoendotrakeal, atau dapat juga dilakukan pembedahan seperti laringotomi, maupun trakeotomi pada kasus obstruksi jalan nafas yang parah. Terapi antibiotik intravena berperan penting dalam penatalaksanaan kasus Ludwig’s angina. Antibiotik golongan penisilin merupakan lini pertama yang digunakan dalam penatalaksanaan kasus Ludwig’s angina. 

"Namun untuk pasien yang memiliki alergi terhadap golongan Penisilin, beberapa alternatif antibiotik yang dapat digunakan diantaranya erytromycin, gentamycin, clindamycin, metronidazole, maupun cephalosporin yang dapat diberikan secara intravena,"terang Drg Catherine Ambarini.

Oleh karena itu, ditekannya, yang penting untuk menjaga kebersihan rongga mulut seperti menggosok gigi 2x sehari, pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur.

"Tidak lupa juga untuk selalu kontrol ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali untuk memeriksakan kondisi kesehatan gigi dan mulut anda. Mencegah lebih baik daripada mengobati,"ujar Catherine Ambarini.

Editor: Redaksi