Dipamerkan di PKA Ke-8, Selain Rempah Jariangao Menjadi Kearifan Lokal Masyarakat Simeulue
Gumpalannews.com, BANDA ACEH- Stand Kabupaten Simeulue pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) kali ini mengusung konsep sesuai dengan tema PKA ke-8 yakni Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia yang dilaksanakan di Taman Sulthanah Safiatuddin, Kota Banda Aceh, tanggal 4 hingga 12 November 2023.
Sederet rempah asal Simeulue pun dipamerkan kepada khalayak, seperti cengkeh, bajakah, Jariangao hingga Alimao Fawang. Hal itu terlihat saat Gumpalannews.com menyambangi Stand Simeulue. Minggu, (05/11/2023).
Setiap rempah memiliki nilai history atau sejarah tersendiri bagi masyarakat Simeulue. Misalnya saja, cengkeh. Sejak awal kemerdekaan hingga awal 2000-an pulau Simeulue merupakan penghasil cengkeh terbesar di Aceh dengan kualitas terbaik.
Namun saat ini produksi cengkeh mulai menurun dikarenakan harga cengkeh yang tidak stabil dipasaran. Dahulu kala, para pemuda di Simeulue disyaratkan menanam cengkeh terlebih dahulu baru kemudian bisa menikah. Namun, seiring waktu tradisi ini telah hilang karena perkembangan zaman.
Selain Cengkeh, Kabupaten Simeulue juga memperkenalkan Jariangao, bagi warga Simeulue selain menjadi rempah, Jariangao merupakan kearifan lokal yang turun temurun hingga kini masih terjaga.
Salahsatu keunikannya, jika ada bayi yang baru lahir atau masih balita. Batang Jariangao dikeringkan lalu kemudian diiris kecil dijadikan gelang bayi.
Tidak hanya itu, Jariangao juga kadang-kadang bisa jadi obat, jika bayi maupun balita yang mengalami demam, biasanya tetua di Simeulue menyemburkan kepada bayi dengan cara mengunyah dan mencampurkannya dengan daun sirih.
Jariangao juga jadi istilah masyarakat Simeulue ketika pertama kali berjumpa lalu kemudian saling menceritakan silsilah keluarga. Maka tak heran jika sering kita dengar ungkapan masyarakat Simeulue.
"Ngahae alek baon-baon Jariangao," Artinya masih ada bau-bau Jariangao atau masih ada ikatan kekeluargaan dari silsilah keluarga.
Editor: Yono Hartono